Film pendek persembahan SMPN 1 Manado benar-benar mampu menyedot perhatian penontonnya. Karya itu pun dinobatkan sebagai peraih Best Script Award. Suara biola menyayat hati. Itulah pembukaan film pendek persembahan SMPN 1 Manado. Kala diputar, semua penonton hening dan larut dalam alunan kepedihan.
Tiba-tiba muncul bumi yang tergambar sangat menderita. Reot, jelek dan menangis terlukis jelas melalui animasi yang diracik pas bersama lantunan musiknya.
Alunan pembuka dan kemunculan bumi menjadi kejutan bagi penonton. Saat itulah decak kagum, dan acungan jempol para penonton mewarnai pemutaran film pendek tersebut.
Film berdurasi 5 menit bertemakan lingkungan, berjudul Selamatkan Bumi dengan Recycle, karya Tim SMP Negeri 1 Manado diputar di acara Kid Witness News tingkat Asia Pasifik di Singapura pada 21 – 24 Februari 2012, akhirnya berhasil memboyong predikat Best Script Award.
Tim itu terdiri dari siswa Baharudin Djaafara dan siswi Sitti Noer Halid bersama guru pendamping SMPN 1 Manado, Grace Lowing berhasil meraih prestasi dan mengharumkan Indonesia.
Ya, SMPN 1 Manado mewakili Indonesia untuk maju di tingkat Asia Pasific, setelah pada bulan November 2011 lalu menjadi Juara Nasional Kid Witness News Indonesia. Seusai tingkat Asia Pasific film tim ini berlanjut di penilaian tingkat Dunia.
Kid Witness News merupakan kompetisi tahunan anak-anak sedunia dalam pembuatan film singkat tentang lingkungan atau komunikasi yang diselenggarakan oleh Panasonic. Pada tingkat Asia Pasifik, acara ini diikuti oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, New Zealand, dan Australia.
“Memang script kami kuat makanya layak menang,” ujar Grace Lowing, sang guru pendamping. Ia kembali menorehkan kebanggaan, sudah kali kedua, tim yang ia dampingi berhasil raih prestasi.
Tahun sebelumnya SMPN 1 Manado juga menonjol saat menjadi pemenang lomba Kid Witness News (KWN) Indonesia yang dilaksanakan di XXI Jakarta Theatre pada 10 November 2010. SMPN 1 Manado mengalahkan lebih dari 500 peserta di seluruh Indonesia.
Juara pertama berhasil diraih oleh SMPN 1 Manado setelah membuat sebuah film dengan judul Mane’e, Tradisi Tangkap Ikan dengan Mantra.
Kali ini Grace memilih hal beda, mencoba menuangkan ide membuat film animasi karena beberapa kali penghargaan tingkat dunia diborong oleh film animasi.
Bersama timnya ia mencoba menggabungkan antara animasi dan gambar nyata. Contoh ketika bumi sedih, muridnya Baharudin Djaafara memeluk bumi yang digambar animasi. Gambar bumi dengan goresan tangan, bukan menggunakan komputer.
Sejak awal ia yakin film animasi akan meraih prestasi berdasar respon penonton.
“Waktu baru tampil biolanya memelas sekali. Lalu hening tak ada suara, suara terdengar setelah keluar bumi. Mereka kemudian mengacungkan jempol dan memuji bagus,” jelasnya.
“Waktu baru tampil biolanya memelas sekali. Lalu hening tak ada suara, suara terdengar setelah keluar bumi. Mereka kemudian mengacungkan jempol dan memuji bagus,” jelasnya.
Grace optimistis mampu raih prestasi di tingkat dunia karena baik siswa maupun para pendamping di sekolah saling membantu. Misalnya aransemen musik biola, lagunya otentik karena ada seorang guru yang membantu.
Selain penghargaan, tim ini mendapat uang pembinaan sebesar 450 dollar AS. Hal lain yang didapatkan adalah pelajaran untuk membuat animasi, syuting film hingga editing di IKJ, lalu juga bisa melihat kemegahan School of The Art (Sota) Singapura.
Senada dengannya dr Jein Djaafara, orangtua Baharudin yang turut mendampingi mengaku senang bisa ikut dalam kegiatan tersebut. “Wah ini pengalaman luar biasa untuk anak saya. Dan ternyata bisa dibagi waktu antara kegiatan ini dan sekolah,” katanya.
Sumber : http://www.tribunnews.com/2012/02/27/hebat-film-smpn-1-manado-menang-di-singapura
0 komentar:
Posting Komentar